kisah insiprasi Melia

Melia, seorang wanita muda berusia 24 tahun, baru saja memulai kariernya di sebuah firma akuntansi ternama di Jakarta. Hari-harinya dipenuhi angka, laporan keuangan, dan tenggat waktu yang ketat. Meski ia menyukai bidang yang ditekuninya, tekanan kerja sering membuatnya merasa lelah dan kehilangan arah. Suatu pagi sebelum berangkat ke kantor, Melia mampir ke kedai kopi Tuku dekat kosannya—sekadar ingin mencari kehangatan dari secangkir kopi.

Begitu menyesap kopi susu tetangga khas Tuku, ada rasa nyaman yang menyusup perlahan. Bukan hanya dari rasanya yang akrab dan membumi, tapi juga dari atmosfer kedai yang hangat dan penuh semangat. Melia lalu membaca kisah singkat tentang perjalanan Tuku yang terpajang di tembok kedai—bagaimana bisnis kecil bisa tumbuh besar tanpa kehilangan identitas. Kisah itu menyentuhnya. Ia mulai melihat kesamaannya: sama seperti laporan keuangan, keberhasilan besar lahir dari konsistensi dalam hal-hal kecil.

Sejak hari itu, secangkir kopi Tuku menjadi ritual paginya. Melia mulai bekerja dengan semangat baru, memandang setiap detail angka sebagai bagian dari cerita besar yang bisa ia bantu wujudkan. Ia bahkan mulai bermimpi untuk menjadi bagian dari transformasi keuangan UMKM lokal, agar makin banyak kisah sukses seperti Tuku bisa tercipta. Dari kopi, Melia tidak hanya mendapatkan energi, tapi juga perspektif baru tentang pekerjaannya: bahwa akuntansi pun bisa punya rasa, bila dijalani dengan hati

Scroll to Top